Profil
Program Studi Kriya Seni sebagai unit pelaksana akademik pada Jurusan Seni Rupa dan Desain mempunyai tugas melaksanakan pendidikan akademik atau professional dalam sebagian atau satu cabang seni dan budaya. Program Studi Kriya Seni dipimpin oleh seorang Koordinator Program Studi. Koordinator adalah dosen dan diusulkan oleh Wakil Rektor kepada Rektor. Koordinator diangkat dan diberhentikan oleh Rektor. Koordinator Program Studi bertugas a) mengkoordinir pelaksanaan kegiatan Program Studi, 2) merencanakan jadwal kuliah, praktikum dan evaluasi hasil belajar, 3) mengkoordinir proses pelaksanaan program Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, 3) mengkoordinir perencanaan, penyediaan dan pengusulan kebutuhan sarana kuliah dan praktikum, 4) memonitor jalannya proses belajar mengajar sesuai kurikulum, 5) mengevaluasi system pengelolaan program studi, menyusun laporan pertanggung-jawaban pelaksaan tugas, 6) secara periodik melaksanakan rapat dan evaluasi di lingkungan Prodi.
Dosen mempunyai tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Terciptanya semangat belajar mengajar sangat penting antara dosen dan mahasiswa di kampus. Dosen yang mengampu mata kuliah adalah yang memiliki kemampuan keilmuan dibidangnya. Dosen ISBI Tanah Papua terdiri atas dosen tetap dan dosen tidak tetap. Dosen tetap yang bekerja penuh waktu yang berstatus sebagai tenaga pendidik tetap. Dosen tidak tetap yang bekerja paruh waktu yang berstatus sebagai tenaga pendidik tidak tetap. Pentingnya menjalin komunikasi yang harmonis dengan semua civitas akademika dapat menumbuhkan tingkat kepedulian dalam bekerja.
Papua adalah daerah paling timur dari Indonesia, yang terdiri dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Provinsi Papua dibagi menjadi dua puluh delapan kabupaten dan satu kota yang mana kota terbesarnya adalah Jayapura.
Papua memiliki kekayaan bioversitas yang terdapat dalam hutan-hutan Papua dalam bentuk keanekaragaman hewan antara lain burung cenderawasih, kupu-kupu sayap burung, landak Irian, kus-kus. Keanekaragaman tanaman diwakili oleh melimpahnya species pohon, spesies anggrek, serta species pandan. Pemandangan alam yang eksotis dan sungai yang berliku-liku berair deras, danau dengan pemandangan yang sangat indah, pantai berpasir putih dan pantai berbatu-batu dengan air laut yang jernih dan surga bagi snorkling dan diving (menyelam),dan pula-pulau yang tersusun dengan indahnya maupun hutan dan tebing-tebingnya yang menantang untuk untuk dijelajahi dan di panjat, tersebar bagaikan mutiara yang indah di seluruh wilayah Papua. Kekayaan biodiversitas dan ekowisata, ternyata belum cukup, Papua dikarunia juga dengan banyaknya suku-suku bangsa dengan bahasanya dan budaya, itulah yang membentuk Asmat dengan ukiran kayunya, Biak dengan barapen dan juga Jayawijaya dengan mumminya. Kekayaan biodiversitas dan ekowisata serta keanekaragaman adat budaya itulah yang menyebabkan Papua di bagi mejadi 7 (tujuh) wilayah adat. Papua memiliki 7 wilayah adat budaya artinya Papua kaya akan budaya yang dapat digali menjadi potensi yang luar biasa sama halnya dengan kekayaan alam Papua. Dengan seni kekayaan alam dapat diwujudkan menjadi keunikan dari kearifan lokal budaya Papua. Untuk melestarikan budaya Papua ini maka di berdirilah ISBI Tanah Papua di Jayapura. Sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri Seni di Bumi Cenderawasih.
Langkah ini penting untuk pendidikan di Papua sebagai konsep pokok pendidikan Papua yang perlu dipikirkan dan didiskusikan secara matang. Filosofi pendidikan Papua yang matang dan ditujukan untuk menjawab permasalahan kontemporer dan masa depan akan memberikan pendasaran yang kuat untuk menyusun perencanaan pendidikan di Papua.
Untuk itu diperlukan pemikiran yang kokoh dan sangat relevan dengan persoalan pendidikan di Papua, solusi-solusi yang lain agar sistem pendidikan di Papua dapat terlaksana agar dapat melahirkan generasi-generasi yang unggul dan berakhlak mulia di Papua.
Dinamika pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi saat ini memposisikan Program Studi Kriya Seni dalam suasana yang semakin kompleks dan kompetitif. Berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap isu terkait faktor eksternal dalam pengembangannya, menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1. Peluang
-
-
Peningkatan pasar dunia yang kompetitif, munculnya zona-zona perdagangan bebas, tumbuhnya perusahan-perusahan multinasional dan aliran informasi, telah mengakibatkan tumbuhnya ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy).
-
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat pesat sehingga pembelajaran dari teacher centered education berubah menjadi student centered learning. Oleh karena itu, persaingan untuk memanfaatkan TIK sebagai salah satu nilai utama perguruan tinggi sangat tinggi. Untuk itu, Program Studi Kriya Seni menetapkan Pola Ilmiah Pokoknya adalah nilai-nilai budaya luhur Papua yang universal yang terintegrasi dalam kurikulum formal.
2. Ancaman.
-
-
Potensi sumber daya yang dimiliki seperti leadership dan internal manajemen belum digerakkan secara sistematis
-
Penciptaan suasana akademik belum optimal, sehingga proses yang dilaksanakan belum mampu mencapai tingkat relevansi tinggi sesuai kebutuhan stakeholders dan kondisi eksternal yang dinamis.
-
Semakin banyak perguruan tinggi negeri dan swasta serta perguruan tinggi asing di Indonesia yang tumbuh lebih profesional dan mengembangkan program yang kompetitif.
Persaingan kerja lulusan di dunia seni masih terbuka luas, Sebelum menentukan posisi keunggulan kompetitif dan memilih strategi usahanya. Program Studi Kriya Seni di ISBI Tanah Papua mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat dilakukan sebagai strategi usaha adalah di bidang pariwisata, perhotelan, industri dengan menciptakan cenderamata, batik, ukiran, souvenir yang memiliki nilai budaya lokal. Identifikasi ini merupakan langkah awal untuk mengetahui kekuatan dan peluang yang ada, kelemahan yang dimiliki, serta potensi ancaman.
Program pengembangan Program Studi Kriya Seni di ISBI Tanah Papua harus mampu menjawab tantangan eksternal dengan menjadikan ISBI Tanah Papua sebagai lembaga yang sehat dan taat asas (good governence university) melalui pelaksanaan tridharma yang bermutu dan berbudaya, serta dimulainya penerapan kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) untuk memenuhi kebutuhan stakeholders, serta penginternalisasian perkembangan IPTEKS dalam proses pembelajaran.ISBI Tanah Papua senantiasa meningkatkan kuantitas dan kualitas input, proses, output dan outcome, penyediaan sumber daya manusia, baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta pengembangan dan peningkatan jejaring kerjasama, baik nasional dan internasional.